Mengurai Problematika
Anak Kesulitan
Dalam Belajar
Matematika
Oleh : Saifudin
Purnomo
Perkembangan
arus informasi yang begitu amat kencang membawa perubahan di berbagai bidang,
termasuk juga dalam bidang pendidikan. Pola pendekatan pengajaran behaviouristik
yang lebih mengedapankan transfer ilmu dari guru kepada murid mulai bergeser ke
pola pendekatan pengajaran konstruktivisme yang lebih mengedapankan murid
merumuskan suatu keilmuan secara mandiri melalui pendampingan guru.
Perkembangan arus
informasi yang begitu deras juga membawa dampak yang positif dan negative. Hal ini
terutama membawa dampak kebiasaan-kebiasaan baru bagi anak-anak, baik kebiasaan
dalam belajar, bermain, bersosialisasi diri, perubahan dalam bercita-cita, kebiasaan berprilaku seperti
idola-idola baru dan lain-lain.
Sekolah
merupakan agen perubahan social, dimana di sekolah anak-anak mulai
bersosialisasi dengan sesama teman-teman secara luas. Sekolah juga tempat membangun
karakter diri melalui pendidikan yang diserap dan aturan-aturan yang telah
dibuat. Namun demikian hendaknya sekolah merupakan tempat yang menyenangkan
dalam bersosialisasi, menimba ilmu, dan wahana pembentukan karakter yang baik.
Perubahan cara
berpikir dan berkelakuan serta belajar membuat proses belajar mengajar di
sekolah mengalami banyak perubahan, terutama dalam hal sulitnya anak menangkap
materi pelajaran di kelas karena pendekatan mengajar yang kurang relevan.
Alhamdulillah Pemerintah telah lebih sigap dengan mengadakan pendidikan dan
pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar maupun
memperluas penguasaan materi baik materi pokok maupun materi dasar mengajar.
Pendidikan dan
pelatihan yang diadakan oleh pemerintah sudah sangat baik, namun ketika kembali
ke sekolah masing-masing tidak semua guru bisa membuat perubahan baru dalam
menagajar secara kontinyu dan seterusnya. Pada umumnya perubahan yang terjadi
hanya 1 bulan dan setelah itu akan kembali pada pola lama mengajar. Hal ini
yang menjadi problem, biaya yang tidak murah hanya bertahan 1 bulan dan setelah
itu kembali lagi ke pola lama.
Pelajaran
matematika atau berhitung pada zaman dulu, atau aljabar, geometrid dan
aritmetika bagi sebagian anak adalah pelajaran paling membosankan dan
membingungkan atau bahkan secara ekstrim pelajaran paling menyulitkan. Bagi
mereka yang sudah paham dan menyenangi pelajaran matematika tentu berbeda,
pelajaran ini akan mudah diterima dan menyenangkan untuk dipelajarinya.
Ada beberapa
sebab yang menyebabkan anak tidak suka atau merasa kesulitan dalam menangkap
pelajaran matematika. Perkembangan anak dalam hal membaca dan berhitung mungkin
merupakan salah satunya, dimana ada anak yang cepat membacanya dari dapa
berhitung akan mengalami kendala saat berhitung dari pada mereka yang lebih
cepat berhitung dari pada membaca. Ada juga karena anak lebih mudah mengerti
dite nerangkan atau mengajar dengan audio visual dari pada audio saja. Saya
teringat Pak Beruang yang mengajari Masha berhitung dengan beberapa buah apel,
walaupun apelnya habis dimakan Masha, akan tetapi dengan contoh yang nyata akan
mudah dipahami oleh si anak tersebut. Pengenalan angka dan contoh apel,
menjadikan anak mudah membayangkan dan merekam angaka 1 dan buah apel I buah.
Saya juga teringat pelajaran mengenal angka dengan menggunakan jari seperti
yang diajarkan oleh Maestro Matematika Yohannes Surya, beliau memperkanalkan
angka dan berhitung dengan menggunakan jari kita ( sepuluh jari ). Mungkin beliau
bukan yang pertama, akan tetapi saya sangat terinspirasi dengan cara mengajar
beliau walaupun saya belum mengenal beliau secara langsung. Ada juga metode
mengenal cara berhitung dan angka dengan menggunakan metode alam tak kambang,
yaitu dengan memanfaatkan barang-barang di sekitar kita, contohnya saat
mengajar bidang datar yaitu dengan menggunakan ubin saat mengenalkan bidang
datar persegi, menggunakan dinding saat menerangkan bidang datar persegi
panjang dan sebagainya.
Penyebab lain
adalah kurikulum yang begitu padat membuat guru dikejar target untuk segera
meyelesaikan materi sesuai waktu. Hal ini membuat guru mengajar sesuai taget
dan waktu yang terbatas, akibatnya anak-anak yang mengalami kesulitan belajar
matematika menjadi sulit mengejar ketertinggalannya. Dan penyebab lain adalah
guru yang kurang inovasi dalam mengajar dan hanya melaksanakan tugas mengajar
sesuai kurikulum semata. Mereka enggan belajar dan menerima masukan dari luar
sehingga monoton dalam mengajar dan sesuai kurikulum saja.
Berbagai sebab–sebab
tadi dan mungkin ada sebab lain yang belum saya ketahui, membuat matematika
merupakan pelajaran yang membosankan atau rumit di kelas. Lalu bagaimana agar
anak senang mempelajari Matematika dan mengembangkannya.
Komentar
Posting Komentar